CERPENKU
CERPEN KARYA BUDAK KEMUNING
SEHELAI KAIN
Karya : Obie Batama Putra
Dikau masih dalam pelukan hangatku, tubuhku dan tubuhmu menyatu hanya kain halus yang masih tersandang dibadanmu yang
menghalangi kita. Sejurus yang lalu kita
baru saja berciuman panjang diatas ranjang putih empuk ini. Tak ada Pehalang bagi kita di malam jum'at yang
syahdu untuk melakukan ritual suci ini, mengingat beberapa hari yang lalu kau dan
aku sudah halal sebagai sepasang suami dan istri.
Aku
ingin kita segera kebagian itu, tetapi saat aku mulai mencoba merebahkan tubuhmu
yang ternyata lebih indah saat hijab itu kau buka, dan aku leluasa memandangi
keindahanmu,saat yang sama kau malah memelukku lebih erat, membenamkan wajahmu di bahuku. Kemudian dari tepi sudut matamu
mengalir bulir hangat. Engkau menangis.
"
Ada apa Dinda?, adakah yang salah dengan kanda?" Tanyaku dengan bahasa
merayu seperti saat pertama kami memulai ritual ini.
"Tidak
kanda, kanda tidak salah." Decak suaramu mulai berubah
"
Lantas apa yang membuat Dinda menangis?"
Kemudian
derai tangismu pecah, engkau mulai bersuara perau dan semakin memelukku erat. Lalu
kau ceritakan semua yang membuatmu menangis.
Sebelumnya
kita telah menunaikan shalat dua rakat berjamaah sebagaimana
itu adalah disunnahkan oleh Nabi agar hubungan kita berkah dan dapat
pahala. Dalam shalat itu ketika aku mulai berdiri dari duduk berdzikir dan
menyudahi doa panjang kita, tetapi engkau masih tampak begitu khusyuk
memanjatkan do'a kepada Allah. Pikiranku baik saja saat itu mungkin kau mau meminta
anak yang Sholeh atas hubungan kita ini agar kelak bisa menyalurkan pahala
kepada kita. Abi dan Umminya. InsyaAllah. Sebagai ladang amal jariyah kita saat
di jemput sang Khalik nanti.
Robbi
habli minash Soolihin
Namun
dalam tangis itu dugaan ku salah, ternyata dalam do'a panjang itu tadi egkau
meminta sesuatu yang diluar jauh dari perkiraanku. Engkau meminta kepada Sang
Pemilik Alam ini agar kau mampu menceritakan cerita ini kepadaku, dan berharap
agar aku tidak murka mendengarkannya.
Perlahan
suara lirihmu yang bercampur perau oleh tangisan itu mengeluarkan suara, dan engakau
mulai bercerita. Pada bagian pertama ceritamu aku teramat terkejut dan bahkan
aku melepaskanmu dari pelukanku ada deris getir yang terlintas saat engakau berkata
" kanda seharusnya sebelum pernikahan dulu sudah aku katakan kepadamu bahwa
aku bukan perempuan baik-baik bahwasanya aku bukan gadis perawan yang sebagaimana
setiap perjaka seperti kanda harapkan". Malam yang semula syahdu itu
berubah jadi kelabu. Rasa gembira itu juga berubah jadi murka. Ku lepaskan kau
dari pelukanku dan aku dengan degup jantung yang terpompa laju duduk dipinggir
kasur memperbanyak beristighfar. Kubiarkan engkau menangis
Seharusnya
malam ini kita sudah terbuai dalam kenikmatan dan hanya ada suara malam dan suara
desah kita berdua. Seharusnya. Tetapi desah itu malah harus di ganti dengan
sedu sedanmu. Sekian menit berlalu. Aku masih melembutkan hati dengan siraman
istighfar. Alhamdulillah, tujuh menit setelah itu emosiku mulai stabil dan
kuputuskan untuk mendekatimu dari belakang. Saat itu kau masih menangis.
Kupeluk dirimu perlahan, kucium
rambutmu.
"Sudahlah
dinda, setiap orang pasti memiliki masalalu, jangan Dinda ceritakan lagi kalau
itu hanya akan membuatmu semakin bersalah. Sudahlah lupakan. Kanda mencintaimu
apa adanya. Ana uhibbuka Fillah ya Khumaira ku" dengan kata-kata itu tangismu mulai mereda. Engakau
dengan wajah yang masih lembab karena air mata itu menghadap ke depanku dan
tersenyum. " Terimakasih kanda"
engakau memelukku erat.
Kata
ustadz Evie Effendi dalam tausiyahnya di YouTube yang pernah kusaksikan. Beliau
berkata " jangan tanya aku dimasa lalu, karena aku sudah tidak disana lagi"
masalalu adalah masa yang telah tertinggal jauh di belakang kita dan tak akan
kembali jika kita benar-benar bertaubat karena itulah aku tak mau mendengarkan
cerita masa kelammu itu apa lagi untuk bertanya.
"
Kanda janji kan tak akan marah?"pintamu
"Iya"
jawabku sebelum mencium kening mu. Lalu perlahan kita melanjutkan ritual suci
yang sempat tertunda.
***
Aku
merasa sangat beruntung ketika kita dipertemukan
hari itu di sebuah Masjid Raya Ar-Rahman, masjid tertua di kota bersejarah ini.
Semula aku mencuri-curi pandang atas seorang pemuda yang tertawa bersama para
temannya di serambi masjid. Kemudian setelah berwudhu kita berbarengan pula keluar
dari tempat wudhu. Tak sengaja pandangan kita sempat beradu dan secepatnya kamu
tundukkan pandangan dan segera masuk kedalam masjid. Didepanku sutrah kain
hijau membentang setinggi bahu mu dan lagi-lagi aku menyaksikan kamu berlalu di
hadapanku. Setelah itu aku benar-benar berharap dalam tiap do'a agar Allah mentakdirkan
engkau menjadi imam dalam menempuh kehidupan menuju Jannnatullah.
Suatu
siang tatkala aku dan Abi Umi tengah bercengkrama sembari menikmati bolu
berendam seketika telepon Abi berbunyi. Kedengarannya ada mahasiswa yang
menelpon Abi untuk bimbingan skripsi.
" Bapak tidak bisa kekampus,
atau kamu saja yang kerumah bapak gimana?"
Menjelang shalat ashar terdengar
suara lantunan salam di depan pintu, Umi yang saat itu membukakannya terheran
ada seorang pemuda dewasa berdiri di hadapannya dan segera menyalaminya
"
Maaf Bu, apa benar ini rumahnya pak Efriandi?
"
Iya ada apa ya nak?"
"
Saya mahasiswanya, mau minta bimbingan skripsi bu."
"
Oh, sebentar ya nak, ibu panggil dulu. Anak duduk saja dulu di dalam"
Dan
saat itulah Allah menggijabah doa panjang ku di malam-malam gulita itu. Beberapa
kali aku disuruh Abi membawakan teh, yang mana teh hangat adalah minuman kesukaan mu, itulah yang ku
tahu saat Abi menawarkan " kamu mau minum?, Minum teh atau kopi?"
"
Kalau tidak keberatan, saya lebih memilih teh hangat pak"
Kemudian
Abi berdiri mungkin hendak mencariku, secepatnya aku keluar dari persembunyian yang
menguping pembicaraan mereka. Itu kali pertama dan seterusnyaa aku membawakan teh kepadamu. kamu seperti tak ada absen kalau tidak siang,
malam untuk bimbingan skripsimu yang membuat kita sering berpapasan pandang.
Sebulan berikutnya aku tak melihatmu lagi.
Mungkin
aku terlalu berharap kepada lelaki itu, kelihatannya dia adalah orang baik-baik
tidak sama denganku, aku hanya manusia hina yang dipungut oleh dua malaikat
surga yang amat baik hatinya merangkulku dengan sayap dinginnya. Dari kota bertuah aku
dibawa terbang ke kota bersejarah ini seperti hendak dibabtis disucikan dari
lumuran dosa yang membuat aku tersungkur dalam lembah kegelapan. Jujur kehinaan
ini bukan kehendak ku, melainkan kehendak bapak ku sendiri. Karena hutang judinya
dan hutang lainnya sehingga aku dijualnya
kepada mucikari untuk melunasi semua hutang piutangnya.
"
Tidak bapak, aku tak mau ikut perempuan itu" rengek ku yang saat itu baru
berumur 12 tahun. Miris kan?
"
Sudah, diam. Ikut saja jangan banyak omong, ini juga untuk kebaikan bapak, eh,
kebaikan kamu" ucap lelaki brewok
yang kunobatkan sebagai iblis jahhannam. " Sana ikut dia" titahnya
kepadaku supaya mengikuti perempuan yang mulutnya tak hentikan mengeluarkan
asap. Sejak saat itu aku menjadi pelacur termuda budak nafsu durjana, aku merasa masa depanku telah hancur saat itu
sebelum kata hatiku memaksa untuk meninggalkan lembah itu. Pada malam yang sepi
saat tak ada penikmat nafsu yang datang menikmatiku, saat itu pulalah aku keluar
dari lembah kegelapan itu, tak semulus yang ku kira dua orang penjaga mengejarku
pontang panting sebelum akhirnya ada cahaya melesat kehadapanku dan setelah itu
malam terasa lebih gelap. Aku tak sadar lagi.
Selang waktu yang singkat aku telah
tinggal bersama orang yang menabrak ku yang kini ku panggil Abi dan Ummi dua
suami istri yang tak memiliki buah hati dan saat itulah aku mulai mengenal
agama mu (kanda). Agama Islam. Aku di syahadatkan
oleh malaikat penyelamatku dan sejak
saat itu aku begitu sayang dengan agama yang rahmatan Lil Alamin ini.
***
"Terimakasih
banyak atas bimbingannya pak, berkat bapak saya akhirnya lulus sebagai cumlaude"
ucapmu
"Berterimakasih kepada Allah,
itu juga berkat kerja keras mu"
Tanpa disuruh aku yang begitu rindu
(boleh atau tidak?, Yang jelas aku sangat bahagia kamu datang lagi) menghantarkan
dua gelas yang berisi kopi dan teh untuk mu dan Abi. Tiba-tiba engkau tersenyum
memandangiku dan aku teramat gugup kala
itu dan segera kedapur
***
Mengingat
aku telah sarjana dan Alhamdulillah diterima kerja di sebuah instansi
pemerintahan di Tembilahan kota seribu parit. Dan aku merasa sudah saatnya untukku
menyempurnakan separuh agamaku. Agar terjauhkan dari fitnah dan mencari
kedamaian dirumah tangga sendiri
Maka
engakau anak pak Haji Afriandi yang selalu berpakaian syar'i telah meluluhkan
hatiku saat pertama kali kita bertemu di beranda masjid Ar Rahman dan berlanjut
di rumahmu saat bimbingan skripsi dengan Abi mu yang merupakan dosen ku. Di
suatu hari tatkala aku ingin mengucapkan terimakasih kepada Abi mu pada saat kau
pergi kedapur itu aku utarakan lah niat lain aku bertandang kerumahmu, yakni
untuk menjadikan mu bidadari dalam kehidupan. Setelah proses khitbah, seminggu kita menunaikan ritual ta'aruf dan
saat itu engakau benar-benar kafa'ah untuk ku, selain kau cantik, Soleha, kau
juga dari keluarga yang baik dan terpandang.
Namun
pada saat akad nikah ada yang membuatku terheran kenapa pak dosen H. Afriandi
yang akan menjadi bapak mertua ku tak menikahkan kita malah menggunakan wali
hakim tapi aku tak menghiraukan itu.
Usai ijab kabul kita telah resmi
sebagai suami istri yang sah oleh agama dan diakui dalam negara.
Sejak peristiwa malam Jum'at itu aku
baru tahu bahwa engkau bukanlah anak kandung pak Afriandi yang kini telah sah
juga sebagai bapak mertua ku yang baik. Dan malam itu juga aku paham akan kalimat
Abi mu " jika kelak engkau menemui kekurangan pada diri Ania , nak Zafri maka
perbanyaklah beristighfar sejatinya setiap manusia memiliki aib yang Allah
tutupi maka hunna libasullakum wa antum libasullahunn Kalian harus sama
sama menutupi aib itu''
"
Baik pak"
Akupun
sadar betul, bahwa Allah telah mentakdirkan seseorang itu sesuai dengannya, sebab
jodoh adalah cerminan diri kita sendiri, seperti halnya Ania yang dahulunya
adalah budak nafsu,aku dahulu juga, pada masa jahiliahku ketikapertengakarn
kedua orang tuaku yang membuatku menjadi anak yang liar dan broken home, aku
juga telah menyicipi kenikmatan dunia yang salah ini dengan segala pelampiasannya
yang salah pula. Hingga akhirnya aku sadar dan hijrah, untuk menata hidup yang
lebih terarah dan memilih masuk kuliah ke fakultas agama. Dan pada saat ini karunia dan keberkahan Allah senantiasa tercurah kepada keluarga kecil kami, kini kami telah diberikan amanah tiga orang buah hati.
Seperti
yang dikatakan oleh ustadz Felix Siauw dari coption instagramnya yang berjudul Tujuan
pernikahan. Beliau berkata " menikah itu bukan menyatukan dua insan yang
tak pernah bersalah, menerima bahwa mereka sama-sama punya kurang, tetapi keduanya
sadar bahwa memiliki tujuan yang sama"
Bahwasannya
semua manusia memiliki kekurangan, aib dan kehinaan maka beruntung dan bersyukur
lah kita bahwa Allah masih menutupi aib kita. Antara suami dan istri adalah
umpama helaian kain yang saling menutupi.
Sewaktu hujan dibawah langit kota bersejarah (Rengat)
27 Maret 2018
Komentar
Posting Komentar