Cerpen ( Perempuan berpayung Kuning )
Aku
berjalan menuju sebuah gang yang mana disitu terdapat sebuah Mushala tempat
biasa aku menunaikan kewajiban. Berpayungkan sehelai sajadah diantara rintik gerimis yang cukup deras
menghujani, aku berlarian pelan mengarah ketempat suara adzan bergema. Maghrib
ini cukup berbeda, menjelang malam langit padahal cerah-cerah saja namun entah
mengapa, aneh, kenapa bisa turun gerimis, entah dipicu oleh sumpah serapah
tetangga baru, yang baru saja pindah kesebuah rumah mewah disamping kios yang
ku jaga, entah apa masalah mereka, aku tak berani ikut campur, biarlah pak RT
yang mengurusnya.
Sampai
di persimpangan gang melintas seorang perempuan berpayung kuning dia juga
mengarah ke Mushala yang ku tuju. Aku tidak melihat rupanya secara langsung
yang aku tahu dia menggunakan baju berwarna biru dan berkerudung abu-abu dan
sesampainya di Mushala dia langsung masuk sementara aku berwudhu terlebih
dahulu. Berbarengan dengan berhentinya suara adzan aku pun selesai dari
berwudhu dan memasuki pintu Mushala dari bagian samping, tidak terniatkan dan
tanpa disengaja aku melihat wajah perempuan itu yang membuatku terkagum.
Ritual
suci itu tertunaikan diiringi juga selesainya lantunan dzikir dan sholat
ba’diah magrib, aku segera menuju pintu keluar, saat itu jama’ah lain sudah pulang
lebih dahulu sementara gerimis masih deras menghujani, lagi-lagi semesta
menunjukan skenario yang tanpa ku sadari perempuan itu berdiri agak jauh namun
sejajar di samping ku yang tengah melihat keadaan gerimis yang masih berpotensi
membasahi pakaianku, perempuan itu membuka payung kuningnya dan lalu berjalan
dibawah rintik gerimis, entah ada apa sepontan saja ia menoleh ke belakang
kearah ku yang masih terpaku di selasar Mushala itu. Dari dalam hati kecil ku
berdo’a “ jika perempuan itu ditakdirkan untuk ku maka dekatkanlah jikapun
tidak maka jauhkanlah, jangan sampai kekagumanku ditunggani nafsu”
Seketika
gerimis berevolusi menjadi hujan, perempuan itu sudah hilang ditelan
persimpangan gang dan dalam kelam malam diantara rintik gerimis yang menjadi
hujan, tak berselang lama saat itu aku pun segera menerobos hujan untuk kembali
membuka kios, aku berlari, namun di persimpangan gang aku lihat ada beberapa
orang yang berkerumun dan ada satu mobil mewah yang berada agak kepinggir sepertinya
menabrak pohon pisang dengan sepontan aku membaur dengan kerumunan itu, dan
pada saat itu pula aku pun berkabung duka ternyata perempuan itu tadi,
perempuan yang ku temui di Mushala, ia sudah terkapar tak sadarkan diri tak
berdaya dengan darah yang keluar dari tubuhnya bercampur air hujan.
Seperti
biasa setiap waktu shalat aku selalu menyempatkan untuk pergi ke Mushala dan
tentunya melintasi gang itu. Hampir setengah bulan sudah berlalu semenjak
tragedi nahas itu terjadi dan pada ahirnya aku tahu dari kabar angin yang tak
sengaja aku dengar dari para tetangga yang berbelanja ke kiosku bahwa pemilik
mobil yang menabrak perempuan itu adalah seorang pengusaha sukses, dan ternyata
pada malam itu pula ia hendak ke rumah perempuan itu untuk melamarnya, dan terjawablah
sudah keributan sore menjelang magrib waktu itu di rumah tetangga baru yang
ternyata itu adalah rumah sang perempuan berpayung kuning kemaren yang hendak
dinikahkan oleh keluarganya dengan seorang pengusaha yang sudah tua dan
beristri tiga. Tentu saja itu demi kesejahteraan perusahaan orang tuanya. Sekarang
terijabah sudah do’a ku perempuan itu bukan ditakdirkan bersama ku dan tentunya
Allah SWT sudah menjauhkannya dariku.
_Obp
Komentar
Posting Komentar