BUKIT GUNDUL MENJADI LOKASI UPACARA HUT RI YANG 74 TAHUN
Kita
adalah manusia merdeka, kita terlahir memang tidak serupa, tidak sama, kita
bhineka. namun dalam menuju kemerdekaan dari segala bentuk tekanan kita patut
menuntut untuk segera di merdekakan, karena merdeka adalah hak kita semua,.
Sesuai dengan rencana
yang telah di gagas oleh sabat sahabat petualang dari MTMA INHU yakni pada
tanggal Sakral 17 Agustus, Hari bersejarah, Hari lahirnya bangsa yang sama-sama
kita cintai : Indonesia yang ke 74 tahun
kami akan sama-sama melakukan ritual suci, pengibaran bendera pusaka merah
putih di atas puncak bukit Gundul yang terletak di desa Anak talang Indragiri
Hulu.
Tanggal 16 Agustus Saya
dan Rombongan dari Mahasiswa pencinta Alam Madinatun Najah Rengat yang
berjumlah 6 orang dua laki-laki dan empat orang perempuan, kami mulai bertolak dari
kota bersejarah Rengat pada sekitar pukul setengah sembilan dan sampai di
basecame MTMA INHU yang terletak di blok A Belilas pada pukul sembilan pagi
Menjelang jarum jam
mengarah ke angka sepuluh saya beserta rombongan dan sahabat-sahabat baru dari
MTMA INHU bertolak lagi ke basecame yang terletak di Desa Kilan Batang Cenaku, sembari
menunggu semua sahabat sahabat datang kami menyiapkan segala kebutuhan logistik dan perlengakapan yang
lainya, sejurus kemudian kami yang anggota yang bertambah banyak, melanjutkan kembali perjalanan menuju
salah satu tempat tinggal sahabat petualang , salah seorang anggota dari MTMA INHU yang berlokasi di Desa anak
talang.
Agustus 2019 yang
bertepatan dengan musim kemarau lagi-lagi mengundang kabut asap hampir persis
dengan peristiwa kabut asap Riau di lima tahun dulu. Selain itu jarak yang
terbentang cukup jauh, di perjalanan kami di hadang juga oleh salju-salju oren
yang menyesakan pernapasan. Bahasa kasarnya Debu Tanah merah, cukuplah untuk
melumuri pakaian dan kendaraan kami hingga berwarna ke emasan.
Menuju pukul satu siang
kami berhenti di desa Batu papan untuk menunaikan panggilan, hari raya mingguan
umat muslim, yakni sholat jum’at, sembari menunggu masuk waktu shalat jum’at, sahabat saya dari Mapala Madinatun Najah
Rengat datang dari desa Alim. Maka bertambahlah anggota kami menjadi tujuh
orang.
Setelah
menunaikan kewajiban kami melanjutkan perjalanan ke tempat Sahabat petualang di
desa anak talang. Sejurus kemudian kami sampai dan disambut hangat oleh empunya
tempat tinggal, kamipun di suguhi makanan, cukuplah untuk menambah tenaga kami mendaki
bukit Gundul sore hari nanti. dan tak lama setelah itu sahabat sahabat dari
pencak silat setia hati pun berdatangan bersamaan dengan datangnya rintik
gerimis.
Mendekati
waktu Ashar kami bertolak menuju bukit
Gundul tempat kami bermalam dan besok paginya tepat tanggal 17 kami akan
melakukan upacara bendera memeperingati HUT RI yang ke 74 tahun.
Setelah melewati medan
perjalanan setapak tanah merah salju-salju oren kembali berterbangan menghiasi
perjalanan kami dan kabut asap semakin pekat menyelimuti, kontur jalan yang
zigzag membuat kami semakin terpacu adrenalin untuk segera sampai di tujuan.
Bukit Gundul Anak Talang kami datang.
Setelah hampir dua jam perjalanan kamipun sampai di kaki
bukit gundul anak talang, sesuai namanya,bukit gundul, benar saja di sekeliling
bukit ini hutan hutan sudah gundul dialih pungsikan menjadi perkebunan.
Nauzubillah... sekeliling bukit habis di babat gundul semua hutan-hutannya dan
nahasnya, inilah salah satu sumber terciptanya kabut asap di negeri ini.
Sungguh pemandangan yang
ironis, untuk tetap hidup kita memang mengorbankan yang lain, membunuh yang
lain tetepi tidak mesti berlebihan begini, dimana tempat hewan-hewan malang itu
tinggal? Sungguh ironis. Hayolah semuanya lestarikan kembali negeri kita ini,
jangan mementingkan diri sendiri.
Menjelang magrib kami
semua sampai di puncak bukit gundul, maka demi nama Robb yang menciptakan
semesta keindahan alam dipuncak bukit gundul cukuplah membuat kami semua takjub
dan menanamkan rindu untuk tanah tumpah darah kami NKRI ini. Semangat
nasionalis kami berapi-api
Pada malam hari yang
bersahaja, semula langit bersahabat, dan saya juga mengira tak akanlah terjadi
hujan nantinya, tapi meleset, Tuhan punya kuasa. Rahmat-Nya berupa hujan
berjatuhan deras malam itu memadamkan api unggun dan titik-titik api penyebab
kabut asap dan malangnya kami semua kebasahan, setidaknya dengan hujan itu kami
semua mandi.
Pagi itu semua berjalan
lancar, upacara peringatan Dirgahayu Indonesia yang ke 74 berjalan hidmat,
selepas itu kami melakuakn napak tilas kesalah satu air terjun penomenal air
terjun Laman kucing, yakni air terjun yang berada di dalam gua batu balah.
Bertemakan nasionalisme,
17 agustus yang ke 74 ini saya mengakui bangsa ini memang sudah merdeka tetapi
penjajahan terus ada tidak kasat mata yang menggunting dalam lipatan. Adalah
kita para pemuda untuk sadar akan pentingnya mengisi kemerdekaan dengan terus
berprestasi mengharumkan nama negeri ini, berpedomankan pada sang pencipta semesta agar
kita bisa teraarah kejalan yang benar, dan benar-benar bisa menjadikan kita
semua masusia yang merdeka. Kita manusia merdeka, dengarkan panggilan jiwa,
turuti kata hati, isilah kemerdekaan diri dan bangsa ini dengan sepenuh hati,
jangan mau hak kita di jajah oleh keinginan orang lain yang katanya peduli,
kita merdeka kita bhineka tapi kita bukan boneka.
salam damai salam permai,
assalamualaikumwrwb...
Salam Lestari
Komentar
Posting Komentar