JALAN DAN PERSIMPANGAN (LITERASI HATI)


Definisi
Hadirmu abstark, biasa saja tak ada yang istimewa
Kau bagaikan kata-kata kebanyakan
Semula tiada niat untuk menjadikanmu puisi
Tak tahu memilih kata diantara literasi
Hingga tanpa arti, cinta menetapkanmu sebagai pemilik definisi
Sesat engkau istimewa, karena cinta bahkan ingin selamanya
Hingga sederhanapun tidak lagi sederhana
Seketika aku bercita-cita membuat kebahagiaan bersama
Selamanya

Menerjemahkanmu
Benyak yang tersirat diantara kata-kata
Ada yang tumbuh pula dirasa
Diam-diam aneh saja, timbul gelagat yang tak biasa
Awalnya tiada bisaku mengerti
Bagaimna aku sanggup menerjemahkan seorang diri
Hingga pada titik rasa meraja
Ku ajak engkau pada secuil semesta
Tatkala waktu juga bersahabat
Agarku tak salah menafsirkan dari itu semua
Hingga bersamamu ku pecahkan tanya
Yang tersimpan sempurna di jeruji rahasia

Rasa dan Takut
Sendiri dan sepi menjadi bagian dari diri
Mencoba berdamai dengan kisah yang silam
Menyembukan luka seorang diri
Berkali-kali terlintas untuk lari
Pergi keberbagai hati
Namun diri ini tak berani, biarlah ku berdamai
Pada suatu waktu langkah membawaku menyekat kisah itu
Memudarkan  peran mereka sebagai seorang tokoh
Dikejauhan sepi menguasai diantara deru bingar suara kota
Hingga pada suatu ketika, hadirnya yang sederhana
Membawa rasa
Membuat aku luluh, tapi aku takut suatu waktu yang meluluhlantakan

Jalan
Melintas di jalanan yang tak jelas
Yang sering dilintasi
Waktu memperkenankan kita berbagi cerita
Hingga hari larut dan menjadi gulita
Banyak kisah, banyak resah yang kita tukar
Kita terlalu pandai mengubah segalannya
Duka ubah jadi tawa

Persimpangan

kala itu  jarak merentang menyekat pandang kita
media solah tak ingin lagi jadi sarana
kita memilih diam tanpa kata, tanpa tanya
hidup membuat dimensi masing-masing, semua terasa asing
perlahan sepi merangkul ku lagi
 mengajak berdamai
tak tahu kabar, ditunggu dengan debar
ada rahasia besar
apa mungkin pudar?

AntaGonis
Hadirnya tak pernah ku ingini
Hadir diantara rasa yang mulai menaruh percaya
Meyakinkan ini adalah untuk yang terahir kalinya
(Kau) hadir secara perkasa
Menghapus segala kemungkinan aku untuk berlaga
(Kau) ada segalanya
Sedang aku masih meraba-raba tak berani menjanjikan apa-apa
Hadirmu antagonis
Tak mau berdamai secara manis
Banyak kata darimu ku terjemahkan bengis
Aku meminta seolah mengemis, menahan tangis
Pasrah dengan hati pesimis
(kau) kuasa lini laga
ku kuasai lini kata
( kau) tilik aku dari segala media
banyak ranjau kata (kau) selipkan dusta
prosedur sebagai antagonis terpenuhi semua

Perjalananya
Kisah ini murai terasa rumit
Susah mengundang resah
Gundah silih berganti singgah
Dirimu yang pemeran utama
Tak tahu mesti berbuat apa, tak ada yang ingin mendengaran keluh sesahmu bercerita
Sejatinya aku selalu ada, bersedia menghapus air mata
Menyediakan pundak untuk mu berbagi cerita
Kita lalui bersama.
Dari Riau ke Jawa
Dirimu litas seorang diri, do’aku menyertai
Perjalananmu menghapus rasa
Barangkali untuk menghilang dianta kami semua
Dirimu sambang pada sebuah tempat yang  selalu dikenang
Bernostalgia membahas masa yang lama
Semula dirimu tutup semua jendela, tak tahu kaburmu dimana
Pada malam gulita dirimu yang kutahu sebenarnya tak mau
Harus melintas malam bersamnya
Aku mencari menunggu dengan tanya

Dimensiku
Ku tenggelam dalam tanya
Ku haturkan do’a terbaik untuknya
Tatkala seperti ini, aku juga ingin pergi menjauh dari sepi
Menciptakan dimensiku sendiri
Menyusul langkahmu yang telah pergi


Hidup dalam Tanya
Aku mencoba bebiasa dengan segala rasa
Rasa sepi yang mendominasi tentunya
Setelah memilih jalan dalam rencana
Aku hidup dalam tanya dan renjana
Entahlah engkau yang disana.
Banyak duga yang berkeliaran dipikiranku
Pernah ingin kembali kemasa lalu
Memperbaiki segalanya tanpa harus meras rugi
Jawab tanyaku
Hapus prasangka ini
Teguhkan lagi
Aku masih pada titik dimana kita berjanji






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH RESENSI SEDERHANA NOVEL MALIK DAN ELSA (1)

RESENSI buku ARAH LANGKAH FIERSA BESARI

RESENSI BUKU TAPAK JEJAK Fiersa Besari