CERPEN ; DUA SUDUT PANDANG
Sebelum
tidur entah karena angin apa aku ingin menuliskan cerita ini, ceritanya singkat
saja tentang awal aku memulai kerja dan akhirnya beberapa bulan ini aku baru
saja diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Aku sempat
bingung bagaimana cara untuk mengawali cerita ini, sampai seorang perempuan
tiba-tiba menepuk pundakku, aku sempat terkejut karena kukira dia sudah tidur.
"Eh kenapa belum tidur ?"
"Udah kok, tapi kebangun, ada
aroma-aroma seseorang tengah mengalami kebuntuan" kata Hani sembil sedikit
tertawa. Kehadiran Istriku itu cukup membantu membuka inspirasi ku mengawali
cerita ini dengan kata-kata
“ Semenjak
cinta pertamaku pergi untuk selama-lamanya di usiaku yang baru saja masuk
sekolah dasar, sampai saat ini aku belum pernah menemukan lelaki setulus
engkau, Ayah. Hingga sampai saat aku mulai mandiri dan mempunyai pekerjaan
sendiri.”
Ini adalah
kali pertama aku masuk kelingkungan sekolah itu, kali ini bukan sebagai siswa
atau sebagai mahasiswa magang, tapi sekali ini sebagai sesok yang pernah dari
kecil aku cita-citakan yaitu sebagai seorang guru. Sempat beberapa bulan lalu
seusai wisuda aku menjadi abdi rumahan yang kadang sangat mageran.
Tapi
akhirnya aku sudah punya rutinitas baru. Lamaran kerjaku di terima yaitu menjadi
guru sebelum akhirnya tetap mengabdi
dirumah sepulangnya.
Pada usia
yang sudah cukup dewasa ini aku sebagai seorang perempuan mulai jadi buah bibir
orang-orang di gang rumahku sebagai perawan tua. Sungguh setiap manusia tak
akan terlepas dari ucapan orang lain, maka dari itu aku memilih diam dan terus
melakukan apa yang bisa aku lakukan dan menikmatinya, walaupun tentunya
terkadang aku juga merindukan sosok lelaki untuk mulai menemani hidupku.
Aku tidak
mau terburu-buru, biarlah, jika tiba saatnya nanti dua insan pasti akan
bersatu, aku sudah terlalu sering merasakan patah hati dan gagal dalam
percintaan, rasanya tak perlu lagi basa-basi,
jika memang ada yang menyukaiku langsung saja datang dan menunjukan bukti,
datang kerumah dan minta izin kepada orang tuaku.
Sampai pada
terakhir kali aku menjalin sebuah hubungan dengan seorang lelaki yang pada
akhirnya juga kandas karena dia menyerah menghadapi tekanan berhubungan tanpa
persetujuan dan akhirnya dia memilih menikahi perempuan lain. Tak penting seberapa
lama kita bersama, seberapa perjuangan kita, jika tidak berjodoh, kita manusia
biasa apalah daya. Semula tentunya aku merasakan ada sesuatu yang hancur,
ketidakrelaan, marah dan sesuatu yang sulit di deskripsikan. Pada akhirnya
kedewasaan mengajariku arti merelakan, karena tidak semua yang kita inginkan
akan menjadi kenyataan dan sampailah aku pada sebuah kesimpulan, jika dia pergi
berarti dia bukan yang terbaik.
Awal masuk
kerja yang cukup membuatku grogi dan agak canggung di tambah cuaca hari itu
cukup terik untungnya semilir angin terus mengiringi membuatku panas dingin,
semula aku diajak oleh penjaga sekolah untuk berbaur dengan guru yang lain di
ruang guru, semuanya ramah dan menyambutku dengan senyum, begitupun dengan
seorang guru laki-laki yang meja kerjanya berada di pinggir ruangan. Sepertinya
dia guru yang cukup anti sosial, begitulah pikiranku awalnya.
Kepala
sekolah menyambutku lalu aku memperkenalkan diri. Selang waktu berlalu sudah
beberapa pekan berlalu barulah aku tahu dan hafal nama guru-guru yang mengajar
di sekolah itu termasuklah guru laki-laki yang meja kerjanya ada di pinggir itu
ternyata namanya Lingga seorang guru olah raga yang juga mengajar seni budaya.
Lingga lelaki yang ramah dan tentunya postur tubuhnya bagus sebagai seorang
guru olahraga dan wajahnya sejuk di pandang. Sekali-kali kami pernah
berinteraksi, biasa soal pekerjaan dan segala persiapan untuk mengikuti CPNS
banyak hal yang kami kerjakan bersama sama hingga kami sering di jodoh
jodohkan, aku hanya tersipu begitupun Lingga tetapi selain itu tidak ada yang
istimewa dari guru olahraga yang ternyata lambat laun aku tahu ternyata dia
seorang duda .
Sekitar
beberapa bulan berlalu sebuah kabar gembira mendatangi Lingga, dia lulus CPNS
dan bahagianya lagi dia lulus lagi sebagai PNS, aku sempat iri dan tentunya
bangga, sesuailah ia mendapatkan itu, karena dia pintar dan memang rajin dalam
bekerja. Aku tak muluk-muluk langsung mendapatkan itu juga, aku harus
menunjukan dulu kinerja terbaikku semoga disuatu hari akupun mendapatkan hal
yang sama.
Anehnya
setelah itu harapan dan do'aku malah di ijabah secara bersamaan dalam satu
kesempatan. Tanpaku tahu pada suatu malam yang sahdu Lingga datang bertamu dan
mengutarakan niatnya ingin memperistriku, dia mengobrol banyak dengan ibu dan
bapak tiriku, tampaknya Lingga berhasil mengambil hati orang tuaku, aku yang
menguping pembicaraan mereka merasa begitu senang dan bahagia.
"Semenjak cinta pertamaku
pergi untuk selama-lamanya di usiaku yang baru saja masuk sekolah dasar, sampai
saat ini aku belum pernah menemukan lelaki setulus engkau, Ayah. Hingga sampai
saat aku mulai mandiri dan mempunyai pekerjaan sendiri.Tetapi sekarang aku
telah menemukan sosok mu pada lelaki yang menulis cerita ini ”
Ada perasaan lega ketika semua ini
mampu aku tuangkan dalam tulisan ini, semoga kamu semua membacanya, suka tidak
suka itu hak kalian. Inilah satu cerita singkat kami dari dua sudut padang yang
memandang masa depan yang sama.
Leptop ditutup dan kami lanjut
ritual itu, dah...
Komentar
Posting Komentar